NGAWI,iNewsNgawi.id - Tidak ada yang menduga jika kabupaten Ngawi telah berada diambang level nasional dunia mode, kecuali orang yang terlibat dalam ekshebisi rancangan busana berjudul Wahyu Ngawiyat dalam ajang Indonesian Fashion Week ( IFW ), yang di gelar di Jakarta Convention Center, Senayan, minggu lalu.
IFW adalah pekan mode terbesar di Indonesia yang menjadi barometer para perancang mode nasional maupun internasional yang merefleksikan ke-Indonesiaan di dunia rancang busana. Dan Ngawi untuk pertama kalinya memiliki kesempatan itu.
Ialah istri Bupati Ngawi, Ana Mursyida Ony Anwar yang pertama kali memiliki ide untuk mengikuti ajang bergengsi ini, saat menghubungi desainer Ngawi, Rhiana putri beberapa waktu sebelumnya.
"Ide awalnya datang dari Ketua Umum Dekranasda, Bu Ony - sapaan Ana Mursyida, yang mengajak untuk ikut serta dalam IFW," ungkap Rhiana kepada iNewsNgawi.id, ( 1/4).
Bagi Rhiana gagasan Ana tersebut sebuah lompatan spektakuler bagi Kabupaten Ngawi untuk mengenalkan identitasnya di dunia mode, karenanya ia dan beberapa desainer Ngawi mendukung ide tersebut.
"Singkat cerita kita para desainer dan teman teman UKM batik di Ngawi mendapat undangan dari Dinas Perdagangan, Perindustrian dan Tenaga Kerja ( DPPTK ) untuk merencanakan keikutsertaan dalam IFW, " lanjut Rhiana yang ditunjuk memimpin misi itu.
"Saya diberi kesempatan memgambil langkah efektif, salah satunya mengajak kurator mode profesional dari Jakarta, dan disetujui kita pilih Eko Tjandra," katanya kemudian.
Dari sentuhan kurasi Eko Tjandra itulah, akhirnya identitas Ngawi sebagai lumbung padi nasional dan dari akar dari budaya mataraman, seperti yang diinginkan oleh Bupatii Ony Anwar dapat diterjemahkan dalam sebuah rancangan busana dengan judul Wahyu Ngawiyat. Jadi bisa dikatakan Ony Anwar adalah muse dari penciptaan Wahyu Ngawiyat ini.
"Wahyu Ngawiyat itu adalah kolaborasi antara Pak Ony, Bu Ana, pembatik dan kurator Eko Tjandra untuk menerjemahkan identitas Ngawi dalam karya mode," papar Rhiana yang juga leader kurator dalam proyek produksi ini.
Senada dengan Rhiana tentang hal ini, Eko Tjandra mengulasnya lebih jauh istilah Wahyu Ngawiyat, dikatakan olehnya jika Hahyu Ngawiyat bersumber dari spirit juru mertani, sebuah representasi dari kehidupan pertanian.
"Busana yang dikenakan bapak Bupati merupakan ide busana bersumber dari istilah juru mertani. Busana ini menginterpretasikan kemakmuran yg diciptakan oleh beliau dalam memimpin. Sedangkan busana ibu, terbuat dari anyaman, dimana bermakna sesuatu yang diciptakan dari ketelatenan hingga melahirkan alat yang bisa digunakan sebagai pelindung," kata pesan tertulis Eko melalui Rhiana, ( 1/4).
Karya busana berjudul Wahyu Ngawiyat karya Eko Tjandra pun akhirnya terpentaskan diatas catwalk IFW dan dikenakan langsung oleh Bupati Ngawi Ony Anwar Harsono dan istrinya Ana Rosyida.
Tidak hanya itu, busana batik yang juga memiliki makna keharmonisan ini telah melahirkan belasan karya busana turunan, yang dihuat oleh 5 desainer Ngawi yaitu Tofa Anglo, Ulfa Mumtaza, Happa Lestari, Lusbech dan Rhiana Putri, dimana salah satunya dikenakan oleh Emil Elestianto Dardak dan istrinya Arumi Bachsin saat itu.
Secara terpisah, Kepala DPPTK Ngawi, Kusumawati Nilam mengatakan keikutsertaan dalam even ini akan mengangkat pengrajin batik Ngawi ke level lebih luas.
"Melalui EVent IFW ini secara tidak langsung akan mengangkat UKM Perajin Batik di Ngawi, dikarenakan karya karya mereka bisa dikenal secara Nasional" kata Nilam yang menyebut batik Wahyu Ngawiyat bakal sebagai masterpiece batik khas Ngawi.
"Tidak kalah penting, batik Wahyu Ngawiyat sebagai motif induk batik khas Ngawi yang dapat merangsang kreativitas para seniman batk di Ngawi. Saat ini motif Wahyu Ngawiyat sedang dalam proses HAKI dan sedang dalam masa sanggah, apabila nanti sudah terbit HAKI-nya maka akan segera di launching," pungkas Nilam.
Editor : Asfi Manar