NGAWI, iNewsNgawi.id - Duka mendalam menyelimuti keluarga besar Menteri Sekretaris Negara (Mensesneg) Prasetyo Hadi atas kepergian ayahnya, Sadiran Bau Kuntjoro (77), yang meninggal dunia akibat sakit.
Almarhum dimakamkan di TPU Kranggan, Kelurahan Margomulyo, Ngawi, pada Selasa (17/12/2024). Pemakaman tersebut diwarnai suasana haru, dengan sejumlah kerabat, warga, serta pejabat dari tingkat daerah hingga pusat turut hadir memberikan penghormatan terakhir.
Mensesneg Prasetyo Hadi, yang ikut mengangkat peti jenazah ayahnya hingga ke liang lahat, tak mampu menahan tangis saat tanah mulai menutupi makam.
Usai prosesi pemakaman, ia menyampaikan rasa terima kasih kepada masyarakat Ngawi yang telah mengantarkan ayahnya ke tempat peristirahatan terakhir.
Sosok Sadiran Bau Kuntjoro bukan hanya dikenal sebagai ayah seorang menteri, tetapi juga tokoh pendidikan dan politik di Ngawi. Ia pernah menjabat sebagai Kepala Dinas Pendidikan Ngawi pada 2001, serta Ketua Penasehat DPC Gerindra Ngawi.
“Almarhum adalah tokoh yang sangat peduli pada pendidikan. Beliau percaya bahwa pendidikan harus dinikmati oleh seluruh rakyat, tanpa pengecualian. Banyak sekolah yang beliau bangun di daerah terpencil,” ujar Prasetyo.
Bagi keluarga, almarhum meninggalkan pesan hidup yang selalu menjadi pedoman. "Memang baik menjadi orang penting, tapi lebih penting menjadi orang baik." Pesan ini, menurut Prasetyo, menjadi falsafah yang terus ia pegang dalam menjalani hidup.
Sejumlah pejabat, termasuk anggota DPRD Jawa Timur Darmawan Sutanto, turut menghadiri prosesi pemakaman ini. Kehadiran mereka menjadi bukti bahwa Sadiran Bau Kuntjoro adalah salah satu tokoh senior yang dihormati di Ngawi.
“Beliau adalah panutan. Selain mendidik kami untuk bekerja keras, beliau mengajarkan kami untuk selalu peduli dan bermanfaat bagi sesama,” kenang Prasetyo dengan penuh haru.
Dengan segala jasa dan dedikasi almarhum di bidang pendidikan, pemakaman ini tak hanya menjadi perpisahan bagi keluarga, tetapi juga bagi masyarakat yang pernah merasakan kebaikan beliau semasa hidup. (ST)
Editor : Asfi Manar