NGAWI, iNewsNgawi.id - Kecelakaan yang melibatkan bus pariwisata Trans Putera Fajar di kawasan Ciater, Kabupaten Subang Jawa Barat. Diduga rem blong membuat kendaraan besar tersebut terguling dan menghantam sepeda motor yang terparkir.
Akibat kecelakaan tersebut dilaporkan 11 orang meninggal dunia ( 9 pelajar, satu guru dan seorang warga ) dan puluhan siswa dilarikan ke rumah sakit, serta sebagian dipulangkan ke Depok, Jawa Barat asal rombongan mereka karena tidak mengalami luka serius.
Dalam aplikasi Mitra Darat, bus tercatat tidak memiliki izin angkutan, dan status uji berkala telah kadaluarsa sejak 6 Desember 2023. Ini membuktikan bahwa bus pariwisata tersebut tidak dilengkapi surat-surat yang berlaku alias bodong. Demikian berita dari salah satu portal MNC Media, Sindonews.com , edisi Minggu 12 Mei 2024.
Peristiwa ini kini tengah menjadi pembicaraan orang tua murid di berbagai jenjang sekolah di Ngawi, yang anaknya tengah bersiap mengikuti program kegiatan luar sekolah terutama kelayakan alat tranportasi yang digunakan.
Menyikapi tentang ini, Dinas Perhubungan dan Dinas Pendidikan dan Kebudayyaan Kabupaten Ngawi terkesan belum mempunyai instrumen antisipasi yang ampuh terhadap kegiatan luar sekolah yang melibatkan penggunanaan alat tranportasi. Namun mereka sudah pasang kuda kuda meski dengan cara yang berbeda.
Dinas perhubungan mengklaim sudah memgirimkan surat informasi dan himbauan yang berisi pihaknya siap membantu sekolah untuk melakukan cek kelayakan terhadap moda transportasi yang digunakan, menjelang musim study tour bulan Juni - Juli mendatang.
"Kita sudah sampaikan kepada pihak pihak baik itu Dinas Pendidikan Kabupaten Ngawi dan UPT Dinas Pendidikan Provinsi Jatim yang ada di Ngawi, agar kepala sekolah yang hendak mengadakan perjalan wisata kemanapun tujuanya, untuk selalu berkordinasi, kita siap untuk membantu updatenya, " kata Kepala Dinas Perhubungan Ngawi, Anang Heri Prabowo, (14/5) sebagai bentuk respon pihaknya dari peristiwa Subang dan mengantisipasi agar tidak menimpa anak-anak pelajar Ngawi, dalam kegiatan luar sekolah.
Update yang dimaksud adalah kondisi fisik kendaraan baik itu sistem pengereman, lampu, roda hingga masa KIR yang berlaku dalam 6 bulan terakhir, bahkan bila PO bus dari luar Ngawi.
"Saat kendaraan yang akan digunakan butuh pengecekan kita ng-ikut saja, apakah penyelenggara ( EO ) yang mendatangkan busnya atau kita yang ke sekolah menjelang keberangkatan, bahkan bus dari luar Ngawi pun, ini untuk mengantisipasi kejadian yang kurang menyenangkan," kata Anang lebih lanjut.
"Kalau PO bus dari Ngawi kami yakin aman karena rutin mengadakan uji kelayakan ( KIR ) bahkan jika PO lupa sebelum habis masa berlakunya sudah kami ingatkan," tutupnya.
Lain lagi dengan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Ngawi dalam menyikapi kegiatan luar sekolah berbiaya tinggi ini. Metode alternatif diwacanakan oleh Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Ngawi, Sumarsono demi meredam ketidak efektifan kegiatan dengan tujuan yang diinginkan.
Yang jelas peristiwa itu menjadi pelajaran kepada kita semuanya, tapi dengan seringnya terjadi kejadian seperti ini, nanti akan kita sarankan agar kegiatan seperti itu mungkin bisa dilakukan yang sifatnya sosial dan lainya , yang penting tujuanya sama sama untuk meningkatkan kompetensi sosial kepada peserta didik," kata Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Ngawi, Sumarsono, (15/5) yang akan mengajak jajaranya untuk mengalihkan tradisi study tour, ke bentuk kegiatan lain, meskipun Sumarsono mengakui butuh waktu dan proses.
"Tujuanya kan untuk pemahaman dan mengetahui isu-isu diluar, tidak harus bersenang senang dan membutuhkan biaya, karenanya bersama lembaga pendidikan kegiatan itu berusaha akan kita alihkan," papar Sumarsono.sambil berharap sekolah bisa memberi pemahaman karena tidak menutup kemungkinan keinginan study tour muncul dari para siswa.
Berlanjut menginjak ke langkah apa yang akan dilakukan dinasnya mengingat periode kegiatan belajar diluar sekolah tinggal hitungan hari?, Sumarsono belum mempunyai skenario yang pasti, ia hanya mengagendakan sosialisasi kegiatan alternatif saat pertemuan rutin bersama korwil dan lembaga pendidikan dibawah naungannya dalam waktu dekat.
"Nanti kita kan sering bertemu dengan korwil dan lembaga sekolah, selain itu juga dari bidang kami, mana yang terdekat melakukan kegiatan disitu akan kita masukan (sosialisasi ) kegiatan alternatif itu," ujarnya.
Program kegiatan diluar sekolah yang dilakukan oleh lembaga sekolah sepertinya belum mendapat porsi yang cukup dari Dinas Pendidikan Ngawi, Sumarsono mengakui inventaris rencana kegiatan luar sekolah seperti study tour belum pernah dilakukan oleh pihaknya, kalaupun ada laporan itu hanya berbentuk surat pemberitahuan yang tidak wajib dilakukan.
"Belum pernah dilakukan ( pendataan study tour ), kalau kita tidak dilapori ya tidak tahu, tapi nanti kami akan minta itu agar diketahui lembaga mana yang melakukan itu," ungkapnnya sambil menjelaskan atas kewenangannya hal tersebut bisa dilakukan.
Namun begitu secara tegas Sumarsono tidak melarang adanya study tour, hanya qkan banyak memberikan alternatif kegiatan luar sekolah kedepanya.
"Kita hanya memberikan alternatif, bukan melarang study tour, kalau toh itu dilaksanakan harus sesuai ketentuan, misal armada yang harus memenuhi syarat, harus ada kepastian dari penyelenggara ( EO ), dengan kejadian seperti itu maka harus mulai ada perhatian," tegas Sumarsono meski pihaknya tidak harus mengetahui profil rekanan EO yang digandeng pihak sekolah.
Dari data yang diungkap dalam program The Prime Show iNews Tv edisi 15 Mei 2024, peristiwa tragis yang menimpa bus pariwisata rombongan pelajar yang paling menonjol terjadi pada tahun 2003, bus rombongan SMK YAPENDA 1 Sleman, menewaskan 54 orang di Situbondo. Peristiwa berikutnya, bus rombongan pelajar SMP It Al Muawwanah, Subang mengalami kecelakaan di Garut Jawa Barat merenggut 30 jiwa dan terakhir bus SMK Lingga Kencana yang terjadi di Subang beberapa waktu lalu.
Dari data tersebut penting adanya ketelitian dan daya kritis orang tua ( komite ) terhadap kegiatan luar sekolah yang dikelola EO atau sekolah namun berpotensi lalai.
Editor : Asfi Manar
Artikel Terkait