NGAWI,iNewsNgawi.id - Pembangunan pedestrian jalan Siliwangi yang saat ini tengah berlangsung penuh kejanggalan dimana puluhan pohon yang tumbuh berjajar diatasnya pangkal tumbuhnya ikut serta dicor beton.
Selain itu, ubin garis kuning yang dipasang ditengah pedestrian sebagai penanda jalur difable juga menabrak pohon di beberapa titik.
Kondisi jejanggalan itu terlihat di pedestrian sisi barat mulai dari mess prajurit Yon Armed 12 Ngawi hingga batas akhir ujung selatan.
Seluruh pangkal dari pohon perindang jalan ini, mulai dari diameter terkecil hingga sekitat 30 cm titutup dengan cor beton setara pernukaan pedestrian yang memiliki lebar antara sekitar 3-5 meter itu.
Dinas Lingkungan hidup ( DLH ) Kabupaten Ngawi sebagai pemangku penghijauan dan kerindangan di jalan ini mengaku sudah memperingatkan agar pelaksana proyek memperhatikan keberadaan pohon perindang itu agar diberi ruang tumbuh, setisaknya 10 cm di setiap pohonya.
"Pada waktu pengecoran sebetulnya kami sudah berkomunikasi dengan yang dilapangan maupun pelaksananya, agar memberikan jarak ruang tumbuh pohon, minimal 10 cm, jangan dicor, namun menurut info kami dilapangan ternyata masih dilakukan ( pengecoran )," kata Kabid Tata Lingkungan DLH Ngawi, Yosef Danni Kurniawan, kepada iNewsNgawi.id, ( 19/8).
Danni sendiri memastikan jika pohon yang dicor tersebut layak dipertahankan karena sudah menjadi tanggungjawab pihaknya untuk menjaga kelestarian dan kerindangan disepanjang jalan tersebut.
"Karena tugas kita mengamankan lingkungan ( kerindangan ), di proyek itu sudah ada kotak kotak yang nanti tanamanya dari DLH," ujar Danni merujuk beberapa lobang berbentuk kotak di sepanjang proyek pedestrian tersebut.
Meski sudah kami.lakukan komunikasi secara verbal, dalam waktu dekat kami akan berkirim surat secara resmi ke PUPR tentang masalah ini," pungkas Danni.
Sementara itu dalam konfirmasinya, Kepala Bidang Bina Marga PUPR Ngawi, Rachmat Fitrianto membenarkan kondisi kejanggalan diluar nalar itu. Rachmat mengatakan sudah memanggil pelaksana hingga mandor lapangan mengenai informasi pohon yang dicor ini.
"Hari ini ( 20/8), kami memanggil pelaksanan dan para mandor dilapangan, dan hasilnya mereka akan melakukan kerja cutting , yaitu memotong cor dibawah pohon untuk memberi ruang tumbuh," kata Rachmat, mengungkap alasan pelaksana melakukan pengecoran pohon karena untuk mempercepat pengerjaan proyek.
"Kita sudah berkordinasi dengan DLH dimana secara prinsip pohon itu dipetahankan dan benar- benar menyeleksi mana yang harus dipotong atau tidak, dan jika jarak antar pohon terlalu jauh kita akan menanam yang baru," terang Rachmat.
"Jadi memang disitu ada kesulitan mengenai jalur disabilitas, namun harus seminim mungkin melakukan penebangan pohon, dan kita harus menerapkan itu, kalaupun jalur disabilitas harus geser, itu diharapkan tidak banyak atau zig-zag," terangnya kemudian meski mengakui terjadi kesalahan metode pengerjaan dilapangan dalam proses pengecoran hingga harus ada tambahan pengerjaan cutting.
"Dalam perencanaanya semua pohon harus dikotak untuk penyiraman, tidak boleh dipres untuk menghindari kerusakan pedestrian dan itu wajib sifatnya," tegas Rachmat.
"Jadi itu menurut saya kesalahan metode dilapangan seharusnya mereka membuat kotakan diawal, tetapi sekarang harus meng-cutting, itu berarti akan memakan waktu dan biaya," pungkas Rachmat yang menyebut senua resiko ditanggung pelaksana.
Editor : Asfi Manar
Artikel Terkait